Friday, August 21, 2015

Seisimic Processing = Cooking

Semakin mempelajari teknik seismic processing, semakin banyak trik yang saya pelajari. Berada di bawah pimpinan project leader yang berbeda, akan memberikan taste yang berbeda dalam setiap racikannya.

Pernahkan anda memasak? Seperti itulah asyiknya mengolah data ini. Ibaratnya data seismik adalah nasi goreng, setiap chef punya bumbu yang berbeda, cara memasak yang berbeda, cookware yang berbeda, plating yang berbeda sehingga sajian dan rasanya pun berbeda.

Ibaratnya chef adalah project leader, atau PIC yang bertanggung jawab atas pengolahan data seismik suatu lapangan. Menu marine, land dan transition zone adalah bahan utama, bisa kita ibaratkan dengan ayam, sapi, atau ikan. Kemudian 2D dan 3D adalah skala jumlah pelanggan. Client sendiri sudah menggambarkan pelanggan. Apakah oil & gas company yang meng-hire service company seperti kita adalah tamu hotel, pelanggan restoran, kritikus makanan, kolumnis majalah, atau sekedar penikmat makanan. Apakah perusahaan asing yang besar, atau perusahaan lokal yang baru melangkah, atau konsultan jasa yang mengerti luar-dalam proses kita.

Cookware atau software yang digunakan pun berbeda. Ibaratnya kitchen-set yang digunakan di dapur, para geophysicist pun menggunakan software yang berbeda. Bisa Omega-nya Western Geco, Geovation-nya CGG, Geodepth-nya Paradigm, Landmark-nya Halliburton, dll.

Dan yang paling penting adalah proses memasaknya sendiri. Ibaratnya ayam goreng, kita harus menyembelih ayamnya dulu agar dari yang hidup bisa berubah jadi ayam yang sudah dikuliti. Ini namanya proses reformatting. Proses awal yang wajib dan tidak bisa diubah flow-nya. Ga mungkin kan ayam hidup digoreng?

Oke, setelah itu adalah proses geometry. Bagaimana agar ayam tersebut sesuai dengan wajan yang kita pakai, atau sesuai dengan potongan yang kita inginkan. Kemudian proses denoising, kita hilangkan bagian-bagian yang tidak kita inginkan. Misalnya ceker dan usus, yang kita anggap sebagai noise yang kelihatan, seperti ground roll dan multiple. Ada lagi noise-noise yang hampir mirip dengan data, seperti linear noise, impulsive noise, spike noise, dll. Nah ini yang mungkin ibaratnya tulang-tulang ayam, bagian ayam lainnya, atau bau tertentu dan rasa tertentu yang ingin kita buang. Disini, seperti halnya memasak, tidak ada aturan bahagian mana dulu yang harus dikerjakan. Disinilah seni, skill, kemampuan teknis, instinct dan logika para pemimpin dipertaruhkan. Bisa mereka gunakan alat dan bumbu apa saja yang menurut mereka terbaik. Apakah menggunakan pisau, sumpit, atau ditambah jeruk nipis, daun-daunan. Ya... 


Next, velocity analysis. Ini mungkin seperti bagaimana suhu minyak yang kita gunakan untuk menggoreng, kita analisis kenapa harus suhu tersebut, oh mungkin pada suhu tersebut akan menghasilkan ayam goreng yang lebih nikmat. Tak bisa sembarang goreng, karena nanti akan berpengaruh ke depannya.

Oke, berikutnya preconditioning. Apa yang bisa kita lakukan agar setelah digoreng, ayam tersebut memperoleh rasa yang lebih baik. Atau penggambaran yang selama ini kita dengar, bagaimana agar muka yang sudah dibersihkan bisa didandani alias di-make-up agar menjadi lebih cantik. Untuk makanan, bisa saja kita tambahkan bahan-bahan atau bumbu-bumbu lainnya.

Selanjutnya, migration. Bentuk ayam yang sudah dibumbui tersebut, apakah sudah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya? apakah sesuai dengan yang digambarkan oleh resep sebelumnya? (ibaratnya apakah sesuai dengan old section atau model geologi) Jika belum, mungkin masih perlu dimasak lagi (velocity analysis), atau perlu dipercantik lagi (post-stack denoising)

Oke, saatnya plating alias penyajian ke client. Data kudu diubah dulu ke format yang client inginkan. Ganti piringnya! Lalu, kita tata seindah mungkin, tambahkan sedikit filtering atau equalization agar data yang ditampilkan siap untuk dinikmati client.

See? Ada flow yang mutlak, namun, cara pengerjaan dan bumbunya tergantung pengerjanya. Yang penting hasil memuaskan, malah disini dituntut kreativitas bukan?

Selamat bekerja!



Tuesday, August 18, 2015

Surface Related Multiple Elimination

Just download this! Presentasi langsung dari Dirk Jacob Verschuur, penemu metode SRME dalam denoising di wilayah Marine. Semoga membantu. https://www.dropbox.com/home?preview=SRME_Verschuur.pdf

Kirchhoff Pre-Stack Time Migration

Kirchhoff Migration dapat dilakukan dengan proses Pre-Stack (migrasi sebelum stack) dan juga Post-Stack (migrasi setelah stack). Hukum Kirchhoff secara umum adalah somasi dan stack difraksi dalam algoritma dasar komputer, dimana setiap difraksi akan menggambarkan sebuah titik refleksi. Hal ini serupa dengan pernyataan Gustav Robert Kirchhoff dalam Hukum Radiasi Termal-nya bahwa emisi atau energi yang dilepaskan suatu permukaan akan setara dengan yang diserapnya.
Pemanfaatan difraksi dalam migrasi sendiri didasarkan pada Prinsip Huygen (Christiaan Huygen) yang menyebutkan bahwa "setiap muka gelombang dapat dianggap memproduksi gelombang-gelombang yang baru"
Jika gelombang memantul pada bidang yang datar, maka setiap titik hasil migrasi akan menunjukkan bidang datar. Namun jika gelombang memantul di bidang yang miring, maka kemiringan yang ditunjukkan pada seismic section merupakan apparent dip, yang akan menjadi lebih benar setelah dimigrasi.
Setiap titik difraksi dapat menunjukkan adanya fault, dan hasil migrasi bergantung pada nilai velocity lapisan yang dimiliki. Apabila velocity yang dimiliki lebih rendah dari yang semestinya, maka hasil migrasi akan meninggalkan jejak difraksi akibat efek undermigrated. Begitu juga sebaliknya jika velocity lebih tinggi, maka efek overmigrated ditunjukkan oleh swing pada seismic section.

FK Filter

Data seismik yang dimiliki adalah dalam domain t-x atau time vs offset. Untuk menghilangkan linear noise, velocity yang dibatasi adalah dari gradien grafik F-K (frekuensi vs bilangan gelombang). Perubahan domain tersebut, dilakukan dengan cara transformasi Fourier.
Denoise dengan filter FK tersebut hanya menghilangkan velocity yang mengindikasikan linear noise. Velocity noise semestinya adalah dibawah velocity reflektor, misalnya 500-2000 m/s. Berdasarkan gambar diatas, velocity noise adalah antara V2-V3.
Gambar. Stack Sebelum FK-Filter
Gambar. Stack Setelah FK-Filter

Monday, July 22, 2013

Teori Dasar Pemodelan Tekanan Transien Pada Sumur Geothermal

Kontributor : Rezkia Dewi Andajani

1. Tekanan Transien.

Reservoir panas bumi terbentuk dari fluida yang terperangkap dan terpanaskan oleh sumber panas dari inti bumi, proses transfer panas yang terjadi dari batuan menuju fluida terjadi secara konduksi, sedangkan transfer panas yang meliputi fluida secara keseluruhan terjadi secara konveksi.

Secara garis besar terdapat dua jenis sistem panas bumi yaitu sistem kering (dry system) dan sistem hidrothermal (dominasi uap, dominasi air). Pada reservoir fasa yang dimiliki oleh fluida tergantung dari temperatur dan tekanan.

Di dalam artikel kali ini akan dibahas mengenai kondisi transien tekanan untuk kasus fluida geothermal dengan asumsi satu fasa yaitu air, oleh karena itu perubahan fasa yang terjadi akibat perubahan tekanan dan temperature dianggap tidak berpengaruh. Konsep yang digunakan dalam persamaan transien dijadikan sebagai teori dasar baik untuk fluida minyak maupun geothermal.

Ilustrasi dari tekanan yang mengalami kondisi transien adalah sebagai berikut :

 

Thursday, July 18, 2013

Surface Consistent Amplitude Correction


Setelah dilakukan koreksi spherical divergence dll, data belum memiliki koreksi amplitudo secara lateral (surface consistent). Ketika pada gradualitas gather, ada beberapa trace yang nilai amplitudonya tidak make sense (perubahan sudden yang tidak mengikuti gradualitasnya). Maka setelah dilakukan surface consistent amplitude correction, nilai amplitudo akan secara gradual lebih make sense.

Berikut adalah perbandingan grafik offset, CDP, source dan receiver sebelum dan setelah dikenai koreksi tersebut :

Teori Dasar Magnetotelluric dan Inversi Occam

Kontributor : Anhar

Magnetotellurik (MT)

Metode magnetotellurik menggunakan pengukuran dari variasi waktu medan elekttromagnetik bumi (Hx, Hy, Hz, Ex, dan Ey) untuk memperoleh penyebaran nilai resistivitas batuan bawah permukaan.

Magnetotellurik adalah salah satu metode geofisika pasif yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik (EM) sebagai sumbernya. Sehingga, persamaan elektromagnetik Maxwell digunakan, dengan asumsi bahwa bumi tidak membangkitkan gelombang elektromagnetik tetapi hanya menyerap gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik merupakan gelombang bidang, tidak ada akumulasi muatan bebas didalam bumi berlapis dan bumi bersifat konduktor.

Pembahasan konsep dasar medan elektromagnetik erat kaitannya dengan penggunaan persamaan Maxwell.

E adalah medan listrik ( V m-1), B adalah induksi magnetik (T), H adalah intensitas magnetik (A m-1), D adalah perpindahan arus (C m-2), jf adalah rapat arus pada muatan bebas (Am-2) dan nf adalah densitas muatan pada muatan bebas (C m-3). Curl dan Div adalah operasi vektor.