Thursday, May 30, 2013

Metode Common Reflection Surface Stack


Kontributor : Galih Candra Kusuma

Dalam dunia seismik processing, dikenal istilah stacking yang bertujuan untuk mendapatkan suatu penampang seismik atau section sebuah line seismik. Stacking merupakan metode penjumlahan trace-trace dalam satu gather (biasanya dalam domain CDP) yang sudah terkena koreksi normal move out. Artinya, perlu dilakukan koreksi NMO sebelum dilakukan proses stacking tersebut.

Koreksi NMO dilakukan untuk menghilangkan efek jarak/offset yang digambarkan dengan pola hiperbola pada suatu gather menjadi gather yang flat. Dalam proses ini, pemilihan model kecepatan merupakan hal yang sangat penting dan paling mempengaruhi keberhasilan koreksi NMO.


Penentuan model kecepatan secara konvensional dilakukan dalam proses Analisa Kecepatan. Dalam proses ini, digunakan beberapa acuan untuk menentukan nilai kecepatan secara tepat berdasarkan data yang ada. Biasanya acuan tersebut berupa panel-panel yang terdiri dari gather, semblance, stack, dan juga section.

Keempat panel ini menjadi sangat penting ketika analisa kecepatan dilakukan. Keberhasilan dan ketepatan model kecepatan yang dihasilkan bergantung pada keempat panel ini. Misalnya saja pada pemilihan kecepatan tersebut seharusnya mengikuti kemenerusan horizon/reflektor pada data seismik.  Muncul suatu kebingungan dalam menentukan kecepatan dari suatu panel yang memiliki kasus reflektornya tidak terlihat dengan baik. Kemudian akan timbul pertanyaan bagaimana memperoleh data model kecepatan yang tepat pada kasus seperti yang dicontohkan tersebut, sedangkan acuan yang kita gunakan tidak begitu cukup jelas.

Perkembangan penelitian dalam bidang seismik processing telah menemukan suatu metode unconventional yang diharapkan menjadi solusi untuk menangani problem di atas. Suatu metode yang tidak membutuhkan model kecepatan secara eksplisit untuk melakukan Stacking agar diperoleh penampang yang optimum. Adalah ilmuwan jerman Jürgen Mann yang telah mengembangkan metode tersebut yang dikenal dengan CRS-Stack (Common Reflection Surface- Stack).

Perbedaan dengan metode stack konvensional adalah terletak pada penggunaan operator stacking-nya.
Untuk metode konvensional,


Sedangkan untuk metode CRS,



Sebenarnya operator dalam metode CRS merupakan operator yang identik dengan operator konvensional hanya saja operator stack merupakan operator yang dihasilkan oleh ekspansi deret Taylor dari operator stack konvensional. Dari persamaan CRS Stack kita mengetahui bahwa model kecepatan tidak menjadi faktor penentu, melainkan ada tiga atribut baru yang menjadi penentu dalam proses stacking. Ketiga atribut tersebut antara lain emergence angle, Wavefront curvatue RNIP, dan Wavefront curvature RN.
Untuk lebih mudah mengetahui secara fisik dari ketiga atribut tersebut, coba lihat gambar di bawah ini :

Asumsikan bahwa suatu gelombang berupa wavefront (seperti gelombang air kolam yang timbul setelah kita melempar batu ke kolam tersebut). Ada 2 jenis gelombang yang ditinjau pada gambar di atas yaitu
NIP(Normal Incident Point)-wave yaitu gelombang yang datang dari sebuah titik dan N(Normal)-wave yaitu gelombang yang datang dari suatu permukaan. Keduanya berasal dari subsurface (hasil refleksi dari sumber getaran). Kemudian  Sudut antara sinar ZO dengan bidang normal (α) merupakan sudut yang terbentuk antara ray tracing (garis khayal jarak terdekat yang ditempuh gelombang sampai ke permukaan). Dalam praktiknya, ketiga atribut ini dicari nilainya menggunakan pendekatan matematis.

Berikut di bawah ini merupakan hasil dari metode CRS Stack dan juga dari metode konvensional.
Stack dengan Metode CRS
Stack dengan Metode Konvensional

No comments: